Selasa, 08 September 2009

RIYA' MENGIKIS HABIS PAHALA

Seruan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya tidak hanya secara lahiriah, tetapi juga batiniah. Justru aspek batiniah itulah dasar setiap amal. Karena itulah, Nabi menegaskan pentingnya niat yang lurus sebelum melaksanakan amal ibadah, supaya nantinya tidak sia-sia. Dalam kitabnya yang kondang, Shahih Bukhari, Imam Bukhari mengutip Sayyidina Umar bin Khaththab ketika meriwayatkan hadits pertama dari Nabi Muhammad SAW, bahwa perbuatan itu tergantung pada niatnya. Nabi memberikan contoh, “barang siapahijrah karena Allah dan Rasulnya, sebenarnya hijrahnya itu adalah untuk Allah dan Rasulnya. Namun, barang siapa hijrah karena mengharapkan hal-hal duniawi atau menikahi seseorang wanita, itulah yang akan diperolehnya.”
Pentingnya niat bagi sebuah perbuatan akan berdampak besar di akhirat nanti. Di dunia seseorang bisa saja mengira bahwa ibadah yang ia lakukan sudah baik dan benar, tetapi, jika ternyata di dalam hatinya terkandung riya’ dan sum’ah, sia-sialah ia mengharapkan pahala di akhirat. Imam Muslim dalam kitabnya yang terkenal, Shahih Muslim, lebih merinci berbagai contoh tentang orang yang salah niat dalam beribadah. Khususnya ketika terbuka kedoknya di akhirat nanti.

Bukan karena Allah
Dari Abu Hurairah, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya manusia yang mula pertama amalnya diputuskan nanti pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid yang kepadanya dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya dan ia pun mengakuinya, lantas ia ditanya: dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab: Aku berjuang pada jalan-Mu, sehingga aku mati syahid.
Allah berfirman: Engkau bohong. Engkau berjuang agar dikatakan sebagai pemberani, dan itu sudah diakui.Kemudian Allah memerintahkan agar orang itu diseret sampai akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka.
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al-Quran yang kepadanya dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterima dan ia pun mengakuinya, lantas ia ditanya: dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab: Aku pergunakan untuk belajar dan mengajar Al-uran untuk-Mu.
Allah berfirman: Engkau dusta. Engkau belajar Al-Quran agar dikatakan sebagai orang yang pandai, dan engkau suka membaca Al-Quran agar dikatakan sebagai qari’. Dan hal itu sudah diakui. Allah kemudian memerintahkan agar orang itu diseret sampai akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka.
Ketiga, seseorang dilapangkan rizqinya dan dikarunia berbagai macam kekayaan ke padanya dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah di terimanya dan ia pun mengakuinya, lantas ia ditanya: di pergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab: semua jalan yang engkau sukai harus dibantu, maka aku membantunya karena engkau.
Allah berfiman: engkau bohong. Engkau berbuat seperti itu agar dikatakan sebagai orang yang pemurah, dan itu sudah diakui. Kemudian Allah memerintahkan agar orang itu di seret sampai akhirnya dilemparkan ke dalam neraka’. Dalam sebuah hadits dikatakan, tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada sifat ritya’, walau sebesar zarah.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

wolles world Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template