Selasa, 08 September 2009

KISAH 7 MALAIKAT PENJAGA PINTU LANGIT

Allah mencipatakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu

Ibnu mubarak mengatakan bahwa Khalid bin Ma’dan bekata kepada sahabat Mu’adz bin Jabal RA, “Ceritakanlah satu hadits yang kau dengar dari Rasulullah SAW, yang kau menghafalnya dan setiap hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits tersebut. Hadits manakah yang menurut pendapatmu paling penting?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah akan kuceritakan.” Sesaat kemudian, ia pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur, ”Hmm, sungguh kangennya hati ini kepada Rasulullah SAW, ingin rasanya segera bersua dengan beliau.” Ia melanjutkan, ”Suatu saat aku menghadap Rasulullah SAW. Beliau menunggangi seekor unta dan menyuruhku naik di belakangnya, maka berangkatlah kami dengan unta tersebut. Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa, Puji syukur ke hadirat Allah, yang maha berkehendak kepada Mahluk-nya menurut Kehendak-nya.”
Kemudian beliau SAW berkata, “Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang, apabila engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Allah SWT.”

Amal yang tertolak

Hai Mu’adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu dan tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat pintu sesuai kadar pintu dan keagungannya. Maka malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik kelangit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut itu banyak, memuji amal-amal orang itu.
Tapi sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, aku di perintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.
Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan. Ia juga memujinya lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun malaikat di langit kedua mengatakan, Berhentilah dan tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah memerintahku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai lewat hingga langit berikutnya. Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai di pintu langit ketiga, berkata malaikat penjaga pintu langit ketiga, Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang sombong. Allah memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya, salahnya sendiri ia menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain.
Kemudain ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada maalikat hafazhah, Berhentilah jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga orang-orang yang suka ujub (membangga-banggakan diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal itu melewatiku untuk mencapai langit berikutnya, sebab ia kalau amal selalu ujub.
Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal hamaba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal yang begitu bagus, seperti amal jihad, haji, dan umrah. Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namu begitu sampai di langit kelima, berkata penjaga pintu langit kelima, aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhai Allah SWT. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, umrah, dan haji. Tapi saat ia samapai di langit keenam, malakat penjaga pintu ini mengatakan, aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah endiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila ada orang lain yang mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang yang berupa macam-macam sedekah, pusa, shalat, jihad, dan kewara’an. Suaranya pun bergemuruh bagaikan gledek. Cahayanya bagaikan kilat. Namun tatkala sampai dilangit yang ketujuh, malaikat penjaga langit ketujuh mengatakan, aku ini penjaga sum’ at (ngin terkenal). Sesungguhnya orang ini ingin dikenal dalam kumpulan-kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapat pengaruh dari pemimpin. Allah memerintahkanku agar amalnya itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah, itulah yang disebut riya’. Allah tidak akan menerima amal orang-orang yang riya’.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba: shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlq yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, selalu berdzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh, bahkn ampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT. Para malaikat itu berdiri di hadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan ikhlas karena Allah SWT. Namun Allah berfirman, ‘kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. Yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan ini. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah). Tapi aku tak kan tertipu olehnya.
Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap apa pun yang samar. Tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apa pun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjaid. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang akan datang. Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terdahuluku sebagai mana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apa pun yang lebih samar daripada rahasia. Bagaiman bisa amal hambaku menipuku. Dia bisa menipu mahluk-mahluk ,yang tidak tahu, sadengkan aku ini yang mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya.
Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3.000 malaikat lain yang mengiringinya menimpali, ‘ Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan alaknat kami kepadanya.’ Maka semua yang ada di langit pun mengatakan, tetaplah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya.
Mu’adz pun kemudian menangis terisak-isak dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari apa yang baru engkau ceritakan itu?” Rasulullah Saw menjawab, “Wahai Mu’adz, ikutlah Nabimu dalam hal keyakinan!” Mu’adz berkata lagi, ”wahai Tuan, engkau adalah Rasulullah. Sedangkan aku ini hanyalah si Mu’adz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?” Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan samai menjelek-jelekan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau menjelek-jelekan orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu, dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekan orang lain. Jangan mengangkat diri sendiri dengan menekan orang lain. Jangan riya’ dengan amalmu agar di ketahui orang lain. Janganlah termaksud golongan orang yg mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal di sebelahmu ada orang lain yg tidak di ajak berbisik. Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu. Jangan mengukit-ukit apabila berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan di robek-robek oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, ‘Wannaasyithaati nasythaa.’ (di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya). Aku (Mu’adz) berkata, ‘Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini?’ Jawab Rasulullah SAW, ‘Wahai Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah SWT. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu. Apabila bisa seperti itu, engkau akan selamat erhindar dari penderitaan itu’.” Khalid bin Ma’dan (yang meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz RA) mengatakan, “Mu’adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al Quran, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al Quran dalam majelisnya.”

sumber: majalah alkisah

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

wolles world Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template