“Masuklah ke agamaku, kau akan kubebaskan,” demikian kata raja romawi kepada Abdullah bin Khudzafah. Namun, meski sudah jadi tawanan musuh, dan permintan itu diajukan berkali-kali, Abdullah yang masih lajang, selalu menolak keras iming-iming tersebut. Padahal kalau dia mau , bukan hanya kebebasan, kekuasaan pun akan diberikan kepadanya. Dalam suatu pertempuran antara tentara muslim dan tentara romawi di zaman pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, tentara muslimin mengalami kekalahan, dan beberapa orang menjadi tawanan. Namun, kekalahan itu bukan berarti tanpa perlawanan. Demikian sengitnya perjuangan tentara muslimin, terutama dalm menerapkan taktik dan strategi, membuat panglima tentara romawi berdecak kagum. Keteguhan dan keberanian menghadapi maut sungguh luar biasa. Hal itu kemudian dilaporkan kepada rjaa romawi.
Bedasar laporan itu, raja romawi ingin mengintrogasi sendiri para tawanan. Maka diperintahkan agar para tawanan tentara Islam dihadapkan kepadanya. Ketika tiba giliran Abdullah, ia pun di seret ke depan raja dalam kondisi badan lusuh terborgol dengan rantai. Kepada setiap tawanan, raja mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya membuat kagum terhadap tentara muslim. Ketika mengintrogasi Abdullah, raja makin kagum atas kecerdasannya yang terpantul dari jawaban yang keluar dari mulut Abdullah. Maka diajukan tawaran kepada anak muda ini untuk masuk ke agamanya.
“Masuklah ke agamaku, kau akan kubebaskan,” kata raja.
Abdullah tidak segera menjawab. Tapi itu bukan berarti dia ragu atau tertarik dengan iming-iming tersebut. Raja dibuat terkesima dengan jawaban Abdullah. “Apa pun yang akan tuan berikan kepada saya, saya tidak tertarik.”
Mungkin sang raja sudah terkesima kepada tawannya itu, ia menambah iming-imingnya. Tidak hanya kebebasan, melainkan bahwa dengan kekuasaan. “Masuklah ke agamaku, kau akan kuberi separu kekuasaanku,” katanya. Dengan ini dia berharp tawannya itu akan tergiur. Namun, Abdullah tetap teguh pada pendirian, ia menolak. “Demi Allah, andaikan seluruh kekuasaanmu kau berikan kepadaku, aku tetap menolak tawaranmu itu,” jawab Abdullah tegas. Merasa tawarannya ditolak mentah-mentah oleh musuh yang sudah tak berdaya itu, dengan jengkel raja berkata, “Kalau begitu, kamu akan aku bunuh.”
“Lakukanlah,” jawab Abdullah mantap. Dia pasrah ke haribaan Allah SWT menghadapi semuanya. Melihat ketenangan Abdullah, raja tetap berusaha agar ia bersedia masuk agamanya. Dicarinya akal untuk menakut-nakuti Abdullah. Setelah berpikir sejenak, raja menyuruh tentaranya menyalib Abdullah dan menghujaninya dengan anak panah. “Namun jangan sampai mengenai badannya,” perintah raja keada tentaranya. Raja ingin tahu ketahanan nyali Abdullah. Ketika anak panah berdesingan di sekitar tubuhya, Abdullah yang dalam kondisi lemah dan pasrah pada kekuasaan Allah, lagi-lagi mendengar bujukan raja romawi agar mau pindah agama. Ia bergeming, “Aku lebih memilih mati menemui Tuhanku daripada menerima agamamu,” katanya.
Melihat ketegaran Abdullah, raja memerintahkan agar ia dikembalikan kepenjara. Kali itu ia tidak diberi makan dan minum. Ketika Abdullah benar-benar dalam keadaan kelaparan dan kehausan, disodorkan arak dan daging babi. Namun, meski sebenarnya kedua santapan itu halal bagi orang yang dalam keadaan terpaksa, ia tidak menjamahnya, apalagi menyantapnya. Kepada penjaganya, Abdullah berkata, “Demi Allah, aku tahu arak dan daging babi ini sebenarnya halal bagiku, tetapi aku tidak ingin menyenangkan mereka dengan memakan hidangan itu,” kata Abdullah. Hal itu lantas dilaporkan oleh raja. Raja kemudian mengirimkan perempuan penggoda ke dalam sel Abdullah. Namun ia, yang sudah berusaha setengah mati menggoda Abdullah, juga menyerah. “Aku tidak tahu apakah orang itu manusia atau seenggok batu,” katanya.
Akhirnya raja benar-benar putus asa. Kemudian ia menghadapkan Abdullah kesebuah tungku perapian yang di atasnya terjerang wajan dengan minyak yang mendidih. Raja memerintahkan tentaranya agar memasukkan seorang tawanan muslim kedalam tungku itu. Hanya dalam waktu singkat badan orang itu lumat dan tulang belulangnya mengambang di permukaan. Sadis sekali! Namun lagi-lagi usaha itu gagal melemahkan keteguhan hati Abdullah agar bersedia murtad. Karena itu, raja memerintahkan agar Abdullah diceburkan kedalam wajan itu. Ketika Abdullah digiring mendekati tungku dan merasakan panasnya api, tampak air mata meleleh di pipinya. Raja yang melihat itu, melihat usahanya akan tercapai, Karena menduga Abdullah ketakutan.
“Masuklah ke agamaku, tawaranku tetap berlaku bagimu,” kata raja. “Tidak” jawab Abdullah. “kenapa kamu menangis?” Tanya raja. “Aku menangis bukan karena takut,” jawab Abdullah. “Tapi karena aku hanya memiliki satu nyawa sehingga aku langsung mati ketika dimasukkan kedalam wajan itu. Demi Allah, aku ingin memiliki seratus nyawa yang semuanya kugunakan untuk mati dijalan Allah seperti kematian yang akan aku hadapi ini.”
“Orang ini memang sulit aku ditundukan,” kata raja dalam hati. “Dia mempunyai Tuhan, yang menyebabkan hatinya menjadi seperti baja.” Kalau begitu ciumlah keningku , kau akan kubebaskan bersama semua tawanan muslim, kata raja kemudian. Abdullah lalu mencium kening raja. Setelah itu, raja menyuruh membebaskan semua tawanan tentara muslim.
La ilaha Illallah Muhammad Rasulullah, Subhanallah…
Semoga bermanfaat…
Rename a File After You've Saved It
14 tahun yang lalu
6 komentar:
q dah taruh banner kmu di blogQ link balik yach... http://anaxkolonx.blogspot.com
salam sobat
postingannya menarik dan banyak memberikan ilmu nich,,,
trims banner saya dipasang di blog keren ini,,
salam kenal
saya sudah follow nich ya,,ke 11
luar biasa, sungguh suatu cerita perjuangan di zaman pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yang benar-benar mencontohkan kita bahwa sudah seharusnyalah kita berkorban di jalan Allah SWT, cerita yang sangat bermanfaat bagi kita untuk dijadikan tauladan, terimakasih tmn :)
thanx semua atas komentarnya..
Assalamu'alaikum ! wah izin copy untuk di mading di kantor saya yah mas !
http://supriatno.blogdetik.com/
walaikumsalam.......
silahkan mass.......
Posting Komentar